GRIYA SEHAT MUSLIMAH AL WAHIDA

Treatment Kesehatan Holistik dan Perawatan Khusus Wanita Anak

Motto : SYAR'I-SEHAT-ILMIAH-ALAMI-TERJANGKAU

HOTLINE SERVICE : 085228219392

MELAYANI HOME CARE, HOTLINE SERVICE : 085228219392

JAM BUKA : Senin-Sabtu (08.00-18.00), Layanan Malam dan Hari Ahad Libur (insidental hub hotline)

JAM BUKA : Senin-Sabtu (08.00-18.00), Layanan Malam dan Hari Ahad Libur (insidental hub hotline)

HOTLINE SERVICE : 081327989052 FB : Griya Sehat Muslimah Al Wahida

Wednesday, December 4, 2013

Mendeteksi Gangguan Tumbuh Kembang Lewat Bermain



Orangtua bisa mendeteksi masalah gangguan tumbuh kembang anak lebih dini. Caranya, pilih permainan anak tepat sesuai usia dan dampingi anak saat bermain.

Misalnya, pada usia tiga anak belum bisa memegang pensil, padahal semestinya motorik halus anak sudah berkembang baik. Masalah seperti ini juga bisa mengindikasikan adanya kelainan saraf. Jika masalah semacam ini segera dikenali dan ditangani, tentunya anak terhindar dari berbagai kesulitan ke depannya.

Dokter anak dr Attila Dewanti, SpA (K) Neurologi, mengatakan, bermain dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak, untuk merangsang motorik kasar, motorik halus, dan kognisi. Permainan yang tepat juga menunjang tumbuh kembang optimal.

"Otak akan berkembang dengan baik dan optimal bila diberikan sebagai stimulasi sejak dini. Salah satu stimulasinya adalah dengan bermain," tegas dr Attila di Jakarta beberapa waktu lalu.

Ia melanjutkan, idealnya, anak tidak bermain sendiri melainkan ditemani orangtuanya. Pendampingan orangtua inilah yang bisa membantu mendeteksi sedari dini apakah anak menunjukkan tanda keterlambatan tumbuh kembang.

Dr Attila menjelaskan, bermain punya pengaruh besar terhadap perkembangan sensori dan kognitif.

Dengan berkembangnya sensori atau pancaindra, anak dapat meningkatkan keterampilan motorik kasar, halus, serta koordinasi. Anak juga memiliki kemampuan bereksplorasi dan melampiaskan kelebihan energinya.

Lewat bermain, orangtua juga bisa membantu anak mengembangkan kemampuan kognitif. Caranya dengan memberikan permainan yang membantu anak mengeskplorasi dan memanipulasi bentuk, ukuran, tekstur, dan warna. Anak juga bisa mengembangkan kognitifnya dengan pengalaman bermain angka.

Untuk menstimulasi perkembangan tertentu, orangtua perlu memilih mainan yang tepat. Lewat permainan yang tepat sesuai usia ini orangtua juga bisa mengenali apakah anak mengalami kesulitan atau gangguan tertentu.

Jika ingin menstimulasi pertumbuhan fisik dan motorik kasar, gunakan mainan seperti sepeda roda tiga atau roda dua, mainan yang didorong dan ditarik, juga tali. Sementara, stimulasi motorik halus bisa dilakukan dengan permainan menggunakan gunting yang aman untuk balita, pensil, bola, balok, lilin.

Kecerdasan atau kognitif balita juga bisa distimulasi lewat bermain menggunakan buku gambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil, warna. Kemampuan anak dalam berbahasa juga bisa dilatih lewat bermain. Orangtua perlu menyediakan buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, televisi.

Pada usia dua tahun, anak sebaiknya mulai bisa belajar mandiri atau menolong diri sendiri. Anak-anak bisa bermain menggunakan gelas atau piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki.

"Pada tahapan ini paling sering dilupakan oleh orangtua, karena mengandalkan pengasuh atau asisten rumah tangga. Padahal sambil bermain orangtua bisa membantu anak mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri, seperti memakai baju sendiri," ungkapnya.

Perkembangan tingkah laku sosial anak juga bisa dirangsang lewat bermain. Pilih alat permainan yang dapat dipakai bersama misal congklak, kotak pasir, bola, tali, dan lainnya. Stimulasi ini biasanya bisa diberikan saat anak berusia 3-4 tahun.

"Perhatikan cara anak usia ini bermain, karena dari situ orangtua bisa mendeteksi apakah anak menderita autis atau tidak. Umumnya anak autis ada gangguan di hubungan sosial, tidak bisa menatap mata. Perilakunya selalu diulang, cenderung cuek, dan tidak bisa berkomunikasi. Ini bisa dideteksi saat anak bermain," tutur dr Attila.

Waspadai 5 Kecelakaan Saat Balita Belajar Jalan


Ketika sang buah hati mulai menunjukkan upaya untuk belajar berjalan, Anda sebagai orangtua pasti merasa bahagia namun sekaligus khawatir. Wajar saja Anda merasa demikian,  pasalnya saat buah hati belajar berjalan, saat itu pula risiko kecelakaan akan mereka alami.

Saat belajar berjalan, balita seolah menemukan dunia baru. Balita penuh rasa penasaran mencoba, mendekat, menyentuh sesuatu tanpa memikirkan risiko tiba-tiba terjatuh, kepala terbentur, lecet, berdarah dan lain sebagainya.

Menghadapi situasi ini, tidak ada jalan lain selain pengawasan ekstra ketat dari orangtua. Termasuk mengetahui jenis kecelakaan apa saja yang kerap menimpa balita saat mereka belajar berjalan.Berikut ini lima jenis kecelakaan yang kerap menimpa mereka. 

1. Menggelinding dari tangga

Tangga selalu menarik di mata balita. Bagi balita, area ini adalah inovasi arsitektur yang sangat menarik untuk dicoba. Saat mereka belajar berjalan, godaan pertama di tangga adalah mencoba langkah-langkah mereka sendiri. Lantaran terlalu asyik mencoba tangga, bisa jadi membuat balita tergelincir kemudian berguling-guling di tangga.

2. Kepala terbentur

Kepala balita terbentur menjadi kecelakaan yang tak dapat dihindarkan saat balita mulai belajar berjalan. Dari posisi merangkak kemudian berdiri tegak atau mulai berjalan, kadang kepala balita membentur benda di dekatnya. Mereka belum akurat mengukur tinggi rendah furnitur di sekitarnya. Ada baiknya, orangtua lebih waspada dengan menempatkan furnitur dengan sudut tumpul. Sehingga saat balita terbentur tidak akan membahayakan keselamatannya.

3. Merobohkan perabotan

Saat balita belajar berjalan, mereka memiliki kecenderungan untuk menggoyang-goyangkan benda di sekitarnya. Kalau sekedar mainan tidak akan jadi masalah. Tapi, kalau balita menggoyang televisi, lemari mainan atau perabot lainnya? Goyangan dari balita bisa membuat barang tersebut bergetar dan berpotensi jatuh. Dalam beberapa kasus, hal ini menimbulkan kecelakaan serius bagi balita. Bayangkan bila perangkat televisi Anda menimpa buah hati.

4. Jatuh dari ranjang

Apabila balita Anda termasuk tipe aktif atau sedang gelisah, jangan sekali-kali meninggalkannya sendirian di atas ranjang. Meskipun saat ia tidur. Anak balita yang terlalu bersemangat dan sedang belajar berjalan akan mencoba untuk turun dari tempat tidurnya, walaupun Anda sudah meletakkan bantal-bantal di sekitarnya. Jatuh dari tempat tidur bisa menyebabkan cedera serius seperti kepala bengkak.

5. Melompat dari kursi makan

Saat makan, balita biasanya duduk di kursi khusus makan. Kursi ini tinggi dan jauh dari pijakan balita. Karena memiliki keinginan untuk berjalan serta terbebas dari kursi, secara naluriah balita mencoba turun bahkan melompat dari kursi. Tak pelak lagi, balita akan lecet atau luka-luka karena aksinya.
Jadi, apabila melihat risiko di atas, para orang tua tentu perlu waspada, tetapi juga tidak perlu merasa cemas atau membatasi ruang gerak anak secara berlebihan. Yang penting, pastikan anak dalam jangkauan dan pengawasan yang baik dari Anda. Memberi kesempatan yang luas kepada anak untuk bereksplorasi akan sangat bermanfaat bagi proses tumbuh kembang mereka.  Selamat mengasuh anak!

Delapan Alasan Kenapa Harus Membuat Sendiri Makanan Bayi


Delapan Alasan Kenapa Harus Membuat Sendiri Makanan Bayi

Membuat makanan untuk bayi memang gampang-gampang susah, sehingga banyak ibu yang mungkin cenderung lebih memilih untuk membeli makanan untuk bayi dalam bentuk siap saji (instant) di mal atau supermarket ketimbang membuatnya sendiri.

Membuat sendiri makanan bayi sebenarnya dapat menjadi langkah awal untuk Anda memastikan buah hati Anda mendapatkan gizi yang sesuai dengan kebutuhannya. Tidak perlu ragu untuk memulainya. Berikut ini adalah 8 rahasia yang harus para ibu ketahui ketika membuat makanan untuk bayi mereka :

1. Memegang kontrol
"Ketika Anda membuat makanan bayi Anda sendiri, Anda yang memutuskan apa yang saja yang boleh masuk ke dalamnya, sehingga Anda tahu bahwa makanan itu segar dan sehat," ucap Karen Ansel, juru bicara Akademi Gizi dan Diet dan penulis The Baby & Toddler Cookbook. Lebih lanjut Ansel mengatakan, makanan bayi yang dibuat sendiri rasanya pasti akan jauh lebih baik ketimbang yang dibeli di toko. Hal ini juga akan menjadi sebuah pengalaman yang lebih baik bagi Anda dan buah hati.

2. Lebih bergizi
Meskipun makanan bayi yang di beli di toko makanan dimasak pada suhu sangat tinggi untuk membunuh bakteri, dan tidak membunuh vitamin, tapi mungkin saja dapat mengubah kandungan mineral. Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Food Chemistry, menunjukkan, makanan bayi yang tersedia di toko makanan mengadung kurang dari 20 persen tingkat mineral dan mikro-nutrisi yang direkomendasikan. Bahkan, banyak makanan bayi yang tersedia di toko juga mengandung zat tepung, aditif dan pengawet dan tidak menggunakan bahan organik, sehingga menghadapkan bayi Anda pada risiko kontaminasi pestisida berbahaya.

3. Banyak pilihan
Beberapa makanan bayi memang menawarkan kombinasi menarik, tetapi ketika Anda membuatnya sendiri, Anda dapat memiliki lebih banyak pilihan bahan makanan. Anda juga dapat menciptakan beberapa variasi tekstur makanan. Ketika bayi memasuki usia 9 bulan, Anda dapat menambahkan berbagai bumbu dan rempah-rempah untuk menambahkan rasa.

"Dengan mengekspos atau mengenalkan bayi semua rasa yang berbeda, bayi Anda akan menjadi pemakan yang lebih baik. Dengan tidak memberi bayi makanan yang sama secara berulang-ulang lidah mereka akan menjadi lebih fleksibel," jelas Ansel.

4. Bukan sesuatu yang merepotkan
Membuat sendiri makanan bayi tidak harus memakan waktu lama. Jika Anda membuatnya dalam jumlah besar dan menyimpannya di dalam lemari es, Anda hanya akan menghabiskan beberapa jam setiap minggunya untuk menyiapkan makanan. Ketika usia bayi Anda 7 bulan, semua buah (kecuali apel) bisa diberikan dengan cara dihaluskan atau ditumbuk tanpa dimasak.

5. Mencegah bayi untuk memilih-milih makanan
"Membuat sendiri makanan bayi, dapat mengurangi kemungkinan bayi tumbuh sebagai pemilih makanan (picky eater)," kata Huber. Sementara itu, Ansel menambahkan, selama orang tua terus memberikan bayi mereka berbagai macam variasi makanan, dalam jangka waktu panjang bayi akan menjadi pemakan yang baik dan tidak hanya menjadi penyuka satu jenis makanan tertentu saja.

6. Mengajar anak makan sayur
"Kami tidak ingin sebuah negara penuh dengan anak usia 18 tahun yang tidak pernah menyadari bahwa mereka pernah makan brokoli sebelumnya," kata Catherine McCord, pendiri Weelicious.com. McCord menambahkan, jika Anda dapat membuat bayi merasa senang mengonsumsi buah dan sayuran, kedepannya dia akan dapat menikmatinya.

7. Waktu makan menjadi momen bahagia
"Orang tua adalah pengaruh nomor satu dalam membentuk kebiasaan makan anak," kata Ansel. Ketika masa peralihan dari bayi menjadi balita, Anda dapat membuat beragam jenis makanan sehat untuk bayi sekaligus menghabiskan waktu bersama-sama dengan buah hati. Makan bersama dengan bayi Anda beberapa kali seminggu atau membiarkan dia memilih beberapa potong sayuran, akan menjadi lebih mudah untuk dia mencintai sayuran di kemudian hari.

8. Boleh membeli makanan asal jarang
Anda mungkin tidak selamanya dapat membuat sendiri makanan untuk bayi Anda, jadi tidak masalah bila pada suatu waktu tertentu Anda berencana untuk membeli makanan bayi. Pastikan untuk membaca label, karena semua merek makanan memiliki kandungan yang sama dan sebisa mungkin carilah yang organik untuk menghindari pestisida.

Kandungan Garam pada Biskuit Manis Ancam Kesehatan Anak-anak



Kecintaan anak-anak terhadap biskuit manis terasa sulit dihentikan. Bahkan si kecil rela mogok makan demi makanan kesayangannya ini. Namun siapa sangka, dibalik rasa manisnya biskuit ini mengandung banyak garam.

Di balik rasanya yang enak dan bertekstur renyah lembut, biskuit manis berlapis cokelat bisa berisiko buruk bagi kesehatan. Pasalnya kadar garam dalam biskuit jauh lebih banyak dibandingkan dengan popcorn asin dan nugget ayam.

Risiko buruk bagi kesehatan pun akan muncul. Seperti tekanan darah cepat meningkat hingga menimbulkan risiko terkena stroke saat dewasa. Bahkan angka kematian akibat penyakit stroke bisa terjadi dan bertambah setiap tahun.

Seperti diberitakan Daily Mail (5/6/2013), Consensus Action of Salt and Health (CASH) berpendapat bahwa, tanpa disadari banyak anak yang mendapat asupan garam dari makanan olahan, seperti biskuit. Mereka pun telah meneliti 110 biskuit populer di Inggris, baik biskuit manis ataupun biskuit yang terasa asin.

Hasilnya, beberapa merk biskuit ternama yang dijual di supermarket mengandung tinggi garam. Ada yang jumlahnya mencapai 0,4 gram garam per 25 gram atau per kemasan. Kandungan garam tertinggi ini justru ada di dalam biskuit susu berlapis cokelat.

Jika anak-anak makan 46 bungkus biskuit pertahunnya, tentulah mereka berisiko terkena tekanan darah tinggi saat dewasa. Untuk mencegahnya, sejumlah kelompok kesehatan memperingatkan para produsen makanan untuk mengurangi kandungan garam pada produknya demi kesehatan masyarakat.

“Garam juga tersembunyi dalam makanan manis, bagaimana pun orang tua harus perhatikan asupan garam anaknya, agar tidak menimbulkan risiko terkena tekanan darah tinggi saat dewasa yang menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di Inggris.” ungkap Profesor Graham MacGregor, ketua CASH sekaligus Professor of Cardiovascular Medicine di Queen Mary, University of London.

Ia juga menghimbau pada para produsen biskuit untuk mengurangi ukuran biskuit dan tidak menambahkan garam pada produk biskuitnya. Terkadang perusahaan makanan juga menambahkan natrium bikarbonat yang juga dapat meningkatkan asupan garam.

Menurut CASH, kedua perasa tersebut tidak perlu digunakan. Bahkan tanpa kedua bahan perasa tersebut, perusahaan makanan masih bisa memproduksi biskuit lezat yang disukai anak-anak.

(odi/fit)